SUARABATAM.COM, Batam – Aritmia adalah gangguan irama jantung yang terjadi ketika impuls listrik yang mengatur detak jantung tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ini bisa membuat jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Meskipun aritmia bisa menyerang siapa saja, ada kelompok tertentu yang lebih rentan terhadap kondisi ini. Artikel ini akan membahas siapa saja yang termasuk dalam kelompok tersebut dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadinya aritmia.
1. Orang dengan Penyakit Jantung
Penyakit jantung merupakan salah satu faktor risiko terbesar bagi terjadinya aritmia. Orang yang memiliki kondisi seperti:
- Penyakit jantung koroner (penyempitan pembuluh darah jantung),
- Gagal jantung,
- Penyakit katup jantung, atau
- Infark miokard (serangan jantung), memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami aritmia. Kerusakan pada otot jantung atau perubahan struktural pada jantung dapat mengganggu jalur impuls listrik dan menyebabkan gangguan irama jantung.
2. Lansia
Seiring bertambahnya usia, struktur jantung dan sistem konduksi listriknya bisa mengalami perubahan. Penurunan fungsi jantung yang berkaitan dengan penuaan dapat menyebabkan peningkatan risiko aritmia. Salah satu jenis aritmia yang lebih umum pada orang lansia adalah fibrilasi atrium, yang merupakan gangguan irama jantung yang bisa meningkatkan risiko stroke dan gagal jantung.
3. Penderita Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Tekanan darah tinggi yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah dan mempengaruhi fungsi jantung. Hipertensi dapat menyebabkan pembesaran atrium (bagian atas jantung), yang meningkatkan kemungkinan terjadinya aritmia, terutama fibrilasi atrium. Orang dengan hipertensi berisiko lebih tinggi mengalami gangguan irama jantung jika kondisi tersebut tidak diobati dengan baik.
4. Pengidap Diabetes
Diabetes, terutama jika tidak terkontrol, dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf otonom yang mengatur irama jantung. Selain itu, diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, yang pada gilirannya meningkatkan kemungkinan terjadinya aritmia. Kondisi ini juga bisa memengaruhi metabolisme elektrolit dalam tubuh, yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan irama jantung.
5. Orang dengan Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Elektrolit seperti kalium, natrium, dan magnesium memiliki peran penting dalam proses penghantaran impuls listrik di jantung. Ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan gangguan pada irama jantung. Penyebab ketidakseimbangan ini bisa termasuk dehidrasi, konsumsi obat-obatan tertentu, atau gangguan ginjal. Ketidakseimbangan elektrolit meningkatkan risiko terjadinya aritmia.
6. Penderita Gangguan Tiroid
Gangguan tiroid, seperti hipertiroidisme (kelenjar tiroid yang terlalu aktif) atau hipotiroidisme (kelenjar tiroid yang kurang aktif), dapat mempengaruhi fungsi jantung. Hipertiroidisme, misalnya, dapat menyebabkan peningkatan detak jantung yang cepat dan tidak teratur, sedangkan hipotiroidisme dapat menyebabkan detak jantung yang lambat dan lemah. Kedua kondisi ini meningkatkan kemungkinan terjadinya aritmia.
7. Pengguna Obat-obatan Tertentu
Beberapa obat-obatan, terutama yang digunakan untuk mengobati penyakit jantung, tekanan darah tinggi, atau gangguan mental, dapat mempengaruhi irama jantung. Obat-obatan seperti beta-blocker, antidepresan, dan obat-obatan untuk mengobati gangguan jantung tertentu dapat berpotensi menyebabkan efek samping berupa aritmia. Penggunaan obat-obatan secara sembarangan atau tanpa pengawasan medis dapat meningkatkan risiko gangguan irama jantung.
8. Olahragawan dengan Latihan Intense
Olahragawan, terutama yang berpartisipasi dalam olahraga dengan intensitas tinggi atau olahraga kompetitif, terkadang bisa mengalami gangguan irama jantung. Kondisi ini dikenal sebagai aritmia atletik. Meskipun banyak atlet yang dapat berfungsi normal meskipun mengalami aritmia, beberapa jenis aritmia yang lebih serius, seperti fibrilasi ventrikel, dapat terjadi pada kelompok ini. Oleh karena itu, pemantauan kesehatan jantung secara rutin sangat penting bagi atlet.
9. Pengidap Sleep Apnea
Sleep apnea adalah gangguan tidur yang ditandai dengan berhentinya napas secara sementara selama tidur. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah dan meningkatkan tekanan pada jantung, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko aritmia. Sleep apnea terutama berhubungan dengan fibrilasi atrium dan dapat memperburuk kondisi jantung yang sudah ada.
10. Keturunan atau Riwayat Keluarga
Faktor keturunan juga dapat memainkan peran penting dalam peningkatan risiko aritmia. Jika ada anggota keluarga yang memiliki riwayat gangguan irama jantung, seseorang mungkin lebih rentan terhadap kondisi serupa. Beberapa jenis aritmia, seperti sindrom QT panjang, dapat diturunkan secara genetik.
Kesimpulan
Aritmia adalah kondisi serius yang bisa berdampak pada kesehatan jantung dan tubuh secara keseluruhan. Berbagai faktor, termasuk usia, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, gangguan tiroid, serta penggunaan obat-obatan tertentu, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami aritmia. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menjaga pola hidup sehat, melakukan pemeriksaan rutin, dan mengikuti saran medis guna mencegah atau mengelola kondisi ini dengan baik. Jika Anda merasa memiliki faktor risiko atau gejala aritmia, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. (gpt)