SUARABATAM.COM – Sekitar 8 orang meninggal dunia gara-gara gempuran mortir yang menghajar lokasi padat masyarakat di Ibu Kota Kabul, Afghanistan, pada Sabtu (21/11).
Kumpulan teroris ISIS mengakui bertanggungjawab atas gempuran itu. Mortir diadukan menghajar beberapa lokasi tengah dan utara Kabul, terhitung Area Hijau sebagai posisi beragam kedutaan besar negara asing dan misi diplomatik yang lain, benar sebelumnya jam 09.00 waktu di tempat.
Pukulan roket itu berjalan beberapa saat sebelumnya Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, berjumpa dengan juru runding pemerintahan Afghanistan, dan Taliban di Doha, Qatar, mengulas perjanjian nyaman.
Jubir Kementerian Dalam Negeri Afganistan, Tariq Arian, menyampaikan sekurang-kurangnya ada 23 mortir yang ditembakkan dalam kejadian itu.
“Menurut data awalnya, 8 orang meninggal dunia, dan 31 orang yang lain beberapa luka,” kata Arian seperti diambil AFP.
Sekurang-kurangnya satu roket menghajar suatu kantor di Area Hijau, akan tetapi tidak meledak.
Lewat Twitter, Kedubes Iran di Kabul memaparkan bangunan terutamanya terserang pecahan satu diantaranya roket yang tiba di Area Hijau.
Petugas berotoritas memaparkan tidak ada yang terluka di Area Hijau gara-gara gempuran mortir.
Beberapa bangunan nampak hancur gara-gara pukulan mortir, termasuk satu rumah sakit Sana Medical Complex.
Meskipun ISIS mengakui gempuran itu, Arian menuding Taliban atas kejadian itu. Saat itu, Taliban lewat juru bicaranya, Zabihullah Mujahid, menentang turut serta atas gempuran mortir itu.
Belakangan ini instansi pengajaran di Kabul pula jadi arah dua gempuran sampai tewaskan 50 orang. Taliban kembali dituduh atas gempuran itu.
“Gempuran roket di Kabul tidak ada hubungan dengan Mujahidin Imarah Islam (kumpulan afiliasi Taliban),” kata Mujahid.
Taliban lagi ada di bawah dorongan tidak untuk kerjakan gempuran apa saja buat meneruskan perjanjian nyaman dengan AS bab penarikan tentara dari Afghanistan.
Di bawah kesepakatan yang ditandatangani pada Februari lalu itu, Taliban dituntut hentikan seluruhnya gempuran dan kekerasan. Menjadi tukarnya, AS bakal memikat pasukannya dari Afghanistan.
Perjanjian itu kerapkali terkendala dikarenakan beberapa perbuatan kekerasan dan gempuran yang membidik masyarakat sipil masih ramai berlangsung di Afghanistan. (rif)
Discussion about this post